Selasa, 21 Desember 2010

MEMAHAMI KECERDASAN ANAK




S
eorang guru yang baik seyogyanya lebih memahami pengertian mengenai pendidikan itu sendiri sesuai dengan makna yang tertuang dalam UU Sisdiknas, yakni bahwa pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Di samping itu, hal yang tak kalah pentingnya untuk kita pahami dalam mendidik anak adalah bahwa kita perlu lebih memahami kecerdasan anak. Menurut Howard Gardner via Seto (2008:5) kecerdasan anak meliputi :
1.   Kecerdasan  matematika-logika
Anak-anak dengan kecerdasan matematika-logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab-akibat terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berpikir secara konseptul, yaitu misalnya menyusun hipiosis, mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Anak-anak  semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan masalah matematika.
Apabila kurang memahami, maka mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahami tersebut. Anak-anak ini juga sangat menyukai berbagi permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif, seperti catur, bermain teka-teki, dan sebaginya.
2. Kecerdasan bahasa
Anak-anak dengan kecerdasan bahasa yang tinggi, umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa seperti: membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya. Anak-anak seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat misalnya terhadap nama-nama seseorang, istilah-istilah baru maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, anak-anak ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak lainnya.
3.   Kecerdasan musikal
Anak-anak jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah, apakah itu melalui senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan kaset, radio, pertunjukkan orkestra, atau alat musik yang dimainkannya sendiri. Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan musik.
4.   Kecerdasan visual- spasial
Anak-anak ini memiliki kemampuan misalnya untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya, atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang mejadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan. Kemampuan membayangkan serdasan visual-uatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagi masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual-spasial ini. Anak-anak demikian ini akan unggul dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan misalnya.
5.   Kecerdasan kinestetik
Hal ini dapat dijumpai pada anak-anak yang unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti misalnya: bulutangkis, sepakbola, tenis, berenang, dan sebagainya. Atau biasa pula tampil pada anak-anak yang pandai menari, tampil bermain akrobat atau unggul dalam bermain sulap.
6.   Kecerdasan inter-personal
Kecerdasan ini menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain, sehingga mudah dalam bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan ini sering disebut sebagai kecerdasan sosial, di mana selain seorang anak mampu menjalin persahabatan yang akrab dengan teman-temannya, juga termasuk kemampuan seperti memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan antarteman, memperoleh simpati dari anak-anak yang lain, dan sebagainya.
7.   Kecerdasan intra-personal
Kecerdasan ini menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Anak-anak semacam ini senang melakukan introspeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung dan berdialog dengan dirinya sendiri.
 8.   Kecerdasan naturalis
Kecerdasan ini menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam. Misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, hutan, dan sebagainya. Anak-anak dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda di angkasa, dan sebagainya.
       Dari uraian di atas diharapkan para guru paham bahwa kecerdasan tidak hanya terbatas pada apa yang diukur oleh beberapa test intelegensi yang sempit saja, atau sekedar melihat prestasi yang ditampilkan seorang anak melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka. Dengan begitu guru dapat menggunakan metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran agar dapat mengembangkan kecerdasan dan potensi  dari peserta didik itu sendiri.



1 komentar: