Selasa, 21 Desember 2010

SD MUHAMMADIYAH KLEPU SELALU BERUSAHA MENINGKATKAN KUALITAS



            Bertakwa, cerdas, terampil, berbudaya, dan beraklaq mulia itulah visi dari SD Muhammadiyah Klepu, yang terletak di Klepu, Sendangmulyo, Minggir, Sleman. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, berbagai kegiatan dilaksanakan antara lain TPA (Taman Pendidikan Alquran), Drumband, dan kepanduan Hisbul Wathon/HW, Seni Tari, Qosidah, Komputer, Bahasa Inggris, ditambah dengan les/tambahan pelajaran untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, matematika, dan IPA.
            Begitu juga dengan prestasi berdasarkan dokumen yang diperoleh dari SD Muhammadiyah Klepu, sekolah ini pernah mendapatkan berbagai kejuaraan, antara lain pada tahun 2006: juara umum lomba keagamaan tingkat kecamatan, juara 1 lomba CCA tingkat kecamatan. Pada tahun 2006 salah satu siswanya  dari kelas V yang bernama Dika Briantoro mewakili Kabupaten Sleman untuk mengikuti Jambore Nasional (Jamnas) di Jatinangor, Sumedang Jawa Barat. Tahun 2007: juara 1 lomba hafalan sekecamatan Minggir, juara 2 llomba MHQ putra, juara 2 lomba MTQ putra, juara 3 lomba MHQ putri, juara 3 llomba seni suara keagamaan putra, juara 3 lomba melukis keagamaan putri, jjuara 3 MTTQ putri, juara 3 teknologi sederhana. Pada tahun 2007 salah satu guru dari SD Muhammadiyah Klepu yaitu Ibu Adminingsih, S.Ag. menjadi juara 3 lomba guru berprestasi tingkat sekolah dasar sekecamatan Minggir. Pada tahun 2008: juara cerdas cermat agama, juara 1 CALISTUNG (membaca, menulis, dan berhitung), juara 2 MHQ putra, Juara 2 seni lukis keagamaan putri, juara 2 MTTQ putra, juara 2 seni lukis keagamaa putra, juara 3 seni suara keagamaan putra. Tahun 2008/2009 berturut-turut juara Olimpiade IPA sekecamatan dan salah satu siswanya yang bernama Oktavia Nur Anggraini mengikuti lomba Olimpiade MIPA tingkat Provinsi. Dan masih banyak lagi prestasi yang tidak bisa disebutkan satu persatu disini. Dimana sejumlah penghargaan berupa piala sebanyak 27 buah telah terpajang dialmari kantor SD Muhammadiyah Klepu.
            Pada tahun ajaran 2008/2009 SD Muh. Klepu  mendapat rangking VI pra-UASBN SD se-DIY dan Alhamdulillah tahun ini nilai rata-rata UASBN-nya tertinggi sekecamatan Minggir yaitu nilai rata-ratanya 26,64.
            Selain prestasi berbagai kegiatan diselenggarakan di SD Muh. Klepu. Doa bersama dan sholat Tahajud dalam rangka menghadapi UASBN, majalah dinding, sholat Dhuha bersama, sholat dhuhur berjamaah, pesatren kilat, buka puasa bersama, qurban, belajar berinfaq tiap hari jumat, darmawisata dan pentas seni setiap tutup tahun. “ Semua kegiatan tersebut dalam rangka untuk meningkatkan kualitas” demikian dikatakan Bapak Iswanto, A.Ma.Pd. selaku kepala sekolah SD Muhamamdiyah Klepu.




SD MUHAMMADIYAH KLEPU, MINGGIR, SLEMAN

 


JUARA UMUM LOMBA KEAGAMAAN TAHUN 2010 SE-KECAMATAN

Pada tanggal 6 Oktober 2010 yang lalu SD Muhammadiyah Klepu telah berhasil memperoleh Juara Umum dalam Lomba Keagamaan Tingkat SD Tahun 2010 se-Kecamatan Minggir. Dari SD Muhammadiyah Klepu ini mengirimkan timnya yang terdiri dari enam belas siswa untuk mengikuti berbagai lomba keagamaan yang terdiri dari MTQ Putra & Putri, Sari Tilawah Putra & Putri, MHQ Putra & Putri, MTTQ Putra & Putri, M.Adzan, Pidato Putra & Putri, serta CCA. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh UPT Kecamatan Minggir dan berlangsung di SD Muhammadiyah Tengahan.
Dari berbagai mata lomba di atas tim dari SD Muhammadiyah Klepu berhasil memperoleh sepuluh kejuaraan, yaitu:
-        Juara I MHQ Putra                      ( A. Putra Awalu Rofi’u )
-        Juara II MHQ Putri                      ( Ade Yulia Pratiwi )
-        Juara I Seni Lukis Putra              ( Hildan Rizqian Ma’ruf )
-        Juara I Seni Lukis  Putri              ( Ivone Delia Risanti )
-        Juara I Sari Tilawah Putra           ( Dewo Yudo )
-        Juara II Sari Tilawah Putri           ( Anggun Rosita )
-        Juara I MTTQ Putri                     ( Evitri Setyaningsih )
-        Juara III MTTQ Putra                  ( Rozian Firmansyah )
-        Juara I CCA                              ( Ihda Asyakaria Kamila, Rahmat Wijang C,
Ahmad Muzaki )
-        Juara II Pidato Putra                    ( Jefry Ardiyanto)
Keberhasilan ini tidak lepas dari kerjasama yang solid antarwarga sekolah, yaitu para guru, siswa, serta wali murid.
            Dari keberhasilan di atas SD Muhammadiyah Klepu menggondol Juara Umum dan memperoleh Piala Bergilir. Di mana piala bergilir tersebut dapat menjadi milik sekolah yang memperoleh Juara umum tiga kali secara berturut-turut. Semoga SD Muhammadiyah Klepu dapat mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang telah diperolehnya selama ini. Amin

TUGAS, KEPRIBADIAN DAN PERANAN GURU


     
Tugas Guru
   Tugas guru antara lain sebagai:
  1. Pendidik, berarti meneruskan dan mengembangkan nilai – nilai hidup kepada anak didik.
  2. Pengajar, berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik.
  3. Pelatih, berarti mengembangkan keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik.
  4. Tugas kemanusiaan, berarti guru harus menanamkan nilai–nilai kemanusiaan kepada anak didik.
      Kepribadian guru
Kepribadian guru tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik. Guru harus dapat menjadi teladan bagi anak didiknya. Seorang guru tidak mengenal lelah, penuh dedikasi , dan loyalitas  dalam menjalankam tugasnya.
Karakter seorang pendidik yang dicintai:
  1. Memiliki sifat lemah lembut dan berbudi luhur
  2. Ramah dan menjauhi sifat bengis
  3. Hati yang penuh kasih sayang
  4. Mengambil yang termudah dari dua urusan selama tidak mengundang dosa
  5. Bersifat fleksibel atau luwes
  6. Menjauhkan diri dari amarah
  7. Berlaku moderat
  8. Membatasi diri dalam memberikan nasihat
     Peranan Guru
  1. Korektor (dapat membedakan nilai baik dan nilai  buruk).
  2. Inspirator (dapat memberikan ilham bagi kemajuan belajar anak didik).
  3. Informator(dapat memberikan informasi perkembangan ilmu    pengetahuan dan teknologi).
  4. Organisator / administrator (dapat menngelola administrasi sekolah ).
  5. Motivator (dapat mendorong anak didik bersemangat dan aktif belajar ).
  6. Inisiator (dapat menjadi pencetus ide – ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran).
  7. Fasilitator (dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik).
  8. Pembimbing (dapat membimbing anak didik menjadi manusia  dewasa susila yang cakap ).
  9. Demonstrator (dapat memperagakan materi pelajaran yang sukar dipahami anak didik).
  10. Pengelola kelas (dapat mengelola kelas dengan baik).
  11. Mediator (memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya).
  12. Supervisor (dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara  kritis terhadap proses pengajaran).
  13. Evaluator (dapat menilai anak didik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara baik dan jujur).


KARTU-KARTU PRESTASI



  S
armi sibuk mengorek-orek tempat sampah. Mencari-cari benda apa saja yang bisa ia pulung. Hmm, Sarmi memang seorang pemulung. Pagi ini, seperti biasa, ia memeriksa tempat sampah di depan rumah Erika.
            Sarmi terkenang perkenalannya pertamanya dengan Erika. Waktu itu, seperti sekarang, sedang mengorek tempat sampah yang letaknya tepat di depan rumah Erika. Erika yang sedang menunggu mobil jemputan sekolah, tiba-tiba mendekatinya. Rupanya ia ingin tahu apa yang dilakukan Sarmi. Itulah awal persahabatan mereka.
            Sejak itu, Sarmi selalu berusaha datang pagi. Bertepatan dengan saat sahabat kecilnya itu menunggu mobil jemputan sekolah. Sarmi merasa bahagia jika bercakap dengan Erika. Selain itu, Erika selalu memberinya makanan kecil.
            “Dapat apa, Mbak Sar?” sapa Erika yang baru keluar dari pagar rumahnya. Sarmi tersadar dari lamunannya. Di belakang Erika tampak Elsa, kakak Erika. Seperti biasa, Erika dan Elsa  menunggu mobil jemputan sekolah. Sarmi seusia Elsa, yang duduk di kelas V SD. Sedangkan Erika baru duduk di kelas 2 SD. Itulah sebabnya Erika memanggil Sarmi dengan “Mbak Sar”.
            “Oh iya! Mbak Sar mau ikut aku ke Kids Fun?” tanya Erika lagi. Padahal pertanyaan pertamanya belum sempat dijawab Sarmi.
            “Kids Fun? Tempat apa  itu, Ka?” Sarmi berhenti mengais-ngais.
            “Ah, Mbak Sar ini, masa’ tidak tahu! Di sana ada komedi putar,kolam renang, kapal-kapalan ....Mainannya banyak, deh,” jelas Erika dengan mata berbinar-binar.
            Mata Sarmi menerawang. Sudah beberapa tahun ia tinggal di Yogyakarta. Namun ia tidak tahu apa itu Kids Fun. Yang ia ketahui hanya benda apa saja yang bisa dipulung dan dijual. Kedua orang tua Sarmi telah meninggal. Sarmi tinggal dengan bibinya yang seorang pemulung. Dialah yang mengajari Sarmi memulung.
            “Mau ikut, tidak?” desak Erika lagi. Sarmi sadar dari lamunannya. Ia mengangguk malu.
            “Tunggu ya!” Erika berlari masuk ke rumah. Tak lama kemudian dia keluar membawa beberapa lembar kartu warna-warni.
            “Besok pagi datang ke sini ya! Pakai baju bagus, bawa kartu prestasi ini! Kata Ibu, kartu-kartu ini bisa membawa kita ke Kids Fun!” sambung Erika. Sarmi terbengong-bengong. Sementara Erika sudah berlalu karena mobil jemputannya sudah datang.
            Ibu Erika memang telah membuat kartu-kartu warna-warni berukuran 5x10cm. Ia menyebutnya, Kartu Prestasi. Kartu itu diberikan Ibu kepada Elsa dan Erika setiap kali mereka melakukan tugas yang disepakati. Misalnya bangun pagi, merapikan tempat tidur, menyapu, menyiram tanaman,  makan tanpa sisa, mencuci piringnya sendiri, mengepel kamar sendiri ....Kartu-kartu itu dikumpulkan Elsa dan Erika. Dalam jumlah tertentu, kartu itu bisa ditukar dengan sesuatu yang mereka butuhkan. Misalnya alat tulis, buku cerita, bahkan mainan. Atau bisa juga ditukar dengan berpergian ke tempat rekreasi. Seperti Kids Fun, berenang, Taman Pintar, mengunjungi museum.
            Minggu pagi ini, Ayah dan Ibu sudah berjanji akan pergi ke Kids Fun. Karena jumlah kartu yang dimiliki Elsa dan Erika sudah cukup banyak. Kini mereka sudah siap berangkat. Namun,
            “Ukh, sudah kubilang datang pagi-pagi!” gerutu Erika mulai gelisah. Sebab, Sarmi belum muncul juga.
            “Kita berangkat saja, ya, Ka! Mungkin Sarmi tidak jadi ikut!” ujar Ayah sambil menghidupkan mesin mobil APVnya. Akan tetapi, tiba-tiba muncul anak perempuan di depan pintu gerbang.
            “Mbak Sar!” seru Erika lega.
            Kali ini Sarmi tampil beda. Pakaiannya tidak lusuh seperti hendak memulung. Rambut sebahunya disisirnya dengan rapi. Di tangannya tergenggam beberapa kartu yang diberikan Erika kemarin. Ayah dan Ibu tersenyum melihatnya. Kemarin Erika telah bercerita pada mereka tentang Sarmi.
            Sebenarnya permainan Kartu Prestasi itu hanya untuk Elsa dan Erika. Namun Ibu kagum pada Erika. Walau masih kecil, ia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. Bahkan mau membagikan kartu-kartu prestasi hasil jerih payahnya.
            “Ayo, cepat naik, Sar! Supaya main di Kids Funnya bisa lama!” seru Ibu. Sarmi pun bergegas masuk ke mobil.



                                               




MEMAHAMI KECERDASAN ANAK




S
eorang guru yang baik seyogyanya lebih memahami pengertian mengenai pendidikan itu sendiri sesuai dengan makna yang tertuang dalam UU Sisdiknas, yakni bahwa pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Di samping itu, hal yang tak kalah pentingnya untuk kita pahami dalam mendidik anak adalah bahwa kita perlu lebih memahami kecerdasan anak. Menurut Howard Gardner via Seto (2008:5) kecerdasan anak meliputi :
1.   Kecerdasan  matematika-logika
Anak-anak dengan kecerdasan matematika-logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab-akibat terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berpikir secara konseptul, yaitu misalnya menyusun hipiosis, mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Anak-anak  semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan masalah matematika.
Apabila kurang memahami, maka mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahami tersebut. Anak-anak ini juga sangat menyukai berbagi permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif, seperti catur, bermain teka-teki, dan sebaginya.
2. Kecerdasan bahasa
Anak-anak dengan kecerdasan bahasa yang tinggi, umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa seperti: membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya. Anak-anak seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat misalnya terhadap nama-nama seseorang, istilah-istilah baru maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, anak-anak ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak lainnya.
3.   Kecerdasan musikal
Anak-anak jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah, apakah itu melalui senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan kaset, radio, pertunjukkan orkestra, atau alat musik yang dimainkannya sendiri. Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan musik.
4.   Kecerdasan visual- spasial
Anak-anak ini memiliki kemampuan misalnya untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya, atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang mejadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan. Kemampuan membayangkan serdasan visual-uatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagi masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual-spasial ini. Anak-anak demikian ini akan unggul dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan misalnya.
5.   Kecerdasan kinestetik
Hal ini dapat dijumpai pada anak-anak yang unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti misalnya: bulutangkis, sepakbola, tenis, berenang, dan sebagainya. Atau biasa pula tampil pada anak-anak yang pandai menari, tampil bermain akrobat atau unggul dalam bermain sulap.
6.   Kecerdasan inter-personal
Kecerdasan ini menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain, sehingga mudah dalam bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan ini sering disebut sebagai kecerdasan sosial, di mana selain seorang anak mampu menjalin persahabatan yang akrab dengan teman-temannya, juga termasuk kemampuan seperti memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan antarteman, memperoleh simpati dari anak-anak yang lain, dan sebagainya.
7.   Kecerdasan intra-personal
Kecerdasan ini menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Anak-anak semacam ini senang melakukan introspeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung dan berdialog dengan dirinya sendiri.
 8.   Kecerdasan naturalis
Kecerdasan ini menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam. Misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, hutan, dan sebagainya. Anak-anak dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda di angkasa, dan sebagainya.
       Dari uraian di atas diharapkan para guru paham bahwa kecerdasan tidak hanya terbatas pada apa yang diukur oleh beberapa test intelegensi yang sempit saja, atau sekedar melihat prestasi yang ditampilkan seorang anak melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka. Dengan begitu guru dapat menggunakan metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran agar dapat mengembangkan kecerdasan dan potensi  dari peserta didik itu sendiri.



LIVING VALUES ACTIVITIES FOR CHILDREN AGES 8-14

 

MEMBUAT KUE DUNIA

            Buatlah sebuah Kue Dunia dengan bahan-bahan berupa sifat-sifat dan karakteristik-karakteristik manusia. Aktivitas ini memberikan kesempatan bagi murid-murid untuk memikirkan dunia yang lebih baik, untuk menciptakan dan mendiskusikan apa yang mereka anggap penting bersama teman-teman, orang tua, dan para guru. (Murid-murid dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok kecil untuk membuat kue).
Diskusi/Berbagi
·         Sifat-sifat terbaik apa dari manusia yang kamu anggap harus menjadi bahan Kue Dunia?
·         Apakah semua bahan-bahan itu harus murni, atau apakah kamu akan mencampurkan juga beberapa bahan yang “kurang baik” untuk mengingatkan kita bahwa kita harus bekerja bersama untuk mengurangi hal-hala yang ‘kurang baik” tersebut karena dapat melukai atau merusak orang lain?
Aktivitas
1.      Pilihlah bahan-bahan. Buatlah daftar sifat-sifat terbaik manusia yang ingin kamu masukkan ke dalam kue Dunia.
2.      Pilihlah jumlah dari setiap bahan, bisa dalam satuan gram, kilogram, ton, persentase, atau apa pun.
3.      Campurkanlah bahan-bahan tersebut dan buatlah kue dunia. Jelaskan langkah-langkah bagaimana cara membuatnya.
4.      Presentasikan hasil kerjamu. Kamu bisa mencatat pekerjaanmu sebebasnya. Presentasimu bisa sederhana, imajinatif, kreatif, dan dengan gambar-gambar sesuai dengan yang kamu inginkan.
5.      Berbagilah tentang hasil kerjamu. Ceritakan tentang Kue Dunia yang kamu buat dengan keluarga dan teman-teman. Jelaskan bahwa bahan-bahan dan cara membuatnya yangkhusus membuat kue tersebut terasa damai. Ajaklah mereka untuk ikut berbagi tentang perasaan mereka tentang kue yang kamu buat tersebut.
6.      Pajanglah. Pasanglah pekerjaanmu di sebuah map, atau di dinding atau etalase toko di sekitar rumahmu.

KUE DUNIA “ KETULUSAN HATI”

Bahan-Bahan Kering                                                           

2 ½ kilogram Ketulusan-ditaburi merata
1 ¾ kilogram Kebebasan-dibagi rata
1 ½ ons Kepercayaan- disaring dan ditaburi di atas mangkuk
1 sendok teh Tawa Riang- dicampur perlahan dengan adonan
sedikit Orang-orang yang Penuh Kasih- memancar dari tengah

Bahan-Bahan Basah

2 kilogram Penghargaan- diaduk dan dicampur merata
1 ½  ons Keindahan- ditaburi di dasar panci
1 kilogram Pengertian- dikocok rata
¼ ons Persahabatan- dikocok hingga menjadi adonan

Hiasan

1 ½  ons Kedamaian- ditaburi di atas kue yang sudah matang
1 sendok teh Kebahagiaan- ditaburi di atas kue
1 sendok teh Cinta- ditaburi disemua tempat

Senin, 20 Desember 2010

SQ3R METODE MEMBACA YANG EFEKTIF

            Salah satu jenis keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam pelajaran bahasa Indonesia di sekolah adalah membaca. Membaca merupakan keterampilan reseptif bahasa tulis karena pembaca berupaya menerima informasi yang disampaikan penulis. Meskipun  nampaknya sepele pelajaran membaca perlu mendapat perhatian. Karena manfaatnya tidak hanya dalam pelajaran bahasa Indonesia itu sendiri, tetapi juga dalam pelajaran-pelajaran yang lain.
            Menurut Sunarti dan Anggraini (2008:74) salah satu metode dalam membaca adalah SQ3R. SQ3R merupakan metode membaca yang banyak digunakan. Metode ini dianggap sebagai metode yang efektif dan dapat menghasilkan pemahaman yang baik. SQ3R ialah metode membaca untuk menemukan ide-ide pokok dan pendukung ide pokok,  juga membantu pembaca dapat mengingat lebih lama. SQ3R meliputi lima langkah kegiatan secara berurutan yaitu survey, question, read, recite, dan review.
1.  Survey (penelaahan pendahuluan)
Survey dilakukan dengan membuka-buka buku secara cepat  untuk mengenal keseluruhan anatomi buku, yang meliputi bagian pendahuluan (judul, nama pengarang, penerbit, tempat  terbit,  tahun terbit,  daftar isi, dan sebagainya); bagian isi buku, yang menggambarkan urutan dan tata penyajian isi buku; bagian akhir buku, yang berisi kesimpulan, saran, atau rekomendasi, daftar pustaka, dan indeks.
Survey buku yang dilakukan tidak perlu lama hanya bebarapa menit saja dan dengan cara yang sistematis. Dengan menyurvei buku terlebih dulu, kita akan mengenal organisasi tulisan dan memperoleh kesan umum dari buku. Hal ini akan mempercepat pemahan terhadap buku tersebut.
2.  Question (bertanya)
                  Pada saat kita membaca bacaan kita mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang hal-hal yang berkaitan dengan bacaan atau buku tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat menuntun kita memahami bacaan  dan mengerahkan pikiran pada isi bacaan yang akan dimasuki sehingga kita bersikap aktif.
                   Pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun tentang apa yang kitab baca akan membangkitkan keingintahuan dan membantu kita untuk membaca dengan tujuan mencari jawaban-jawaban yang relevan, serta akhirnya akan meningkatkan pemahaman dan mempercepat penguasaan seluruh isi buku.
3.   Read (baca)
                 Setelah kita menyurvei dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan, kita mulai melakukan kegiatan membaca. Tidak perlu semua kalimat demi kalimat. Kita dapat membaca dengan dituntun oleh pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan. Perlambat cara membaca kita di bagian–bagian yang penting atau yang kita anggap sulit dan percepat kembali pada bagian-bagian yang tidak penting atau yang telah kita ketahui. Dengan demikian, kegiatan membaca kita relatif  lebih cepat dan efektif, tetapi pemahaman yang menyeluruh tentang bacaan atau buku tersebut telah kita dapatkan. Pada langkah ini konsentrasi diri sangatlah penting.
4.  Recite (mengutarakan kembali)
                  Setiap kita selesai membaca satu bagian berhenti sejenak. Membuat catatan-catatan  penting tentang bagian yang dibaca itu dengan kata-kata sendiri, lakukan ini terus sampai kita selesai membaca. Catatan itu dapat berupa kutipan, simpulan, atau komentar kita. Jika kita masih mengalami kesulitan, ulangi sekali lagi membaca bagian yang sulit itu.  Catatan-catatan tentang buku yang dibaca dapat membantu kita memahami secara cepat dan membantu ingatan kita. Mencatat fakta-fakta serta ide-ide yang penting akan menanamkan kesan yang mendalam pada ingatan kita.
5.  Review (mengulang kembali)
                   Setelah kita selesai membaca buku secara keseluruhan, tinjau kembali hal-hal penting yang telah kita baca. Tentukan  bagian-bagian penting yang perlu diingat kembali, terutama hal-hal yang telah diberi tanda atau digarisbawahi. Pengulangan kembali ini akan mebantu daya ingat kita untuk memperjelas pemahaman terhadap bacaan, juga membantu kita menemukan hal penting yang mungkin terlewat sebelumnya, selain itu kita juga dapat isi buku secara keseluruhan  atau kita memperoleh penguasaan bulat , menyeluruh atas bahan yang kita baca.


Rabu, 15 Desember 2010

PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA


Korban penyalahgunaan narkoba dari kalangan pelajar dan mahasiswa masih menunjukkan kenaikan yang cukup siginfikan dari tahun ke tahun. Generasi muda yang menjadi korban tersebut harus kita tolong kehidupannya agar tidak terlanjur ke dalam jerat narkoba. Peran orang tua dalam rangka membantu para remaja dan mahasiswa agar tidak terjerumus ke dalam kubang narkoba sangat dibutuhkan. Apalagi apabila para korban penyalahgunaan narkoba tersebut adalah dari kalangan terdekat kita, seperti adik, keponakan, saudara atau mungkin anak kita sendiri, dibutuhkan kerja keras dan kasih sayang yang tulus untuk mengangkat mereka dari jeratan narkoba. Jangan kita salahkan mereka karena menjadi korban narkoba, tetapi harus kita rengkuh dengan ketulusan dan kasih sayang agar mereka sembuh. Sebagai orang tua, kita harus menganggap bahwa korban penyalahguna narkoba adalah sedang menderita penyakit yang perlu kita tolong kesembuhannya. Untuk bisa menolong mereka menjadi sembuh dan normal kembali diperlukan pegetahuan dan teknik tersendiri. Berikut ini beberapa hal yang perlu diketahui oleh para orang tua atau siapa saja dalam rangka mencegah dan menangani penyalahgunaan narkoba.
Pencegahan penyalahgunaan narkoba dapat dikelompokkan menjadi 5 bagian, yaitu pencegahan primer, sekunder, tertier, pencegahan melalui kegiatan alternatif dan pencegahan berbasis masyarakat.
1.      Pencegahan primer, ditujukan kepada para remaja / pemuda yang belum menyalahgunakan narkoba dan semua sektor masyarakat yang berpotensi membantu para remaja mencegah penyalahgunaan narkoba, seperti organisasi pemuda, orang tua, tokoh masyarakat, para guru, pemerintah (daerah) setempat dan masyarakat. Pencegahan dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan atau penerangan dan pengetahuan kepada mereka agar mengetahui dan tergugah untuk berperan aktif dalam kegiatan pencegahan. Kegiatan penyuluhan dapat dilakukan melalui tatap muka (ceramah, diskusi, sarasehan dan seminar), melalui media cetak (surat kabar, leaflet, brosur, buletin, poster, stiker, flayer dan Iain-lain), maupun dengan mengintegrasikan informasi tentang bahaya narkoba ke dalam penyuluhan dan bimbingan sosial, agama, moral dan hukum, olah raga, kesenian, kerajinan tangan, hobi, dan Iain-lain.
2.      Pencegahan sekunder, ditujukan kepada para remaja / pemuda yang sudah mulai coba-coba menggunakan narkoba baik disekolah atau di luar sekolah serta sektor-sektor masyarakat yang dapat membantu remaja / pemuda untuk berhenti menyalahgunakan narkoba, seperti orang tua, tokoh masyarakat, pemerintah (daerah), organisasi masyarakat. Pencegahan sekunder berguna untuk mencegah meluasnya penyalahgunaan narkoba, menyelamatkan dan memperkuat ketahanan individu remaja dan keluarga yang mulai terkena penyalahgunaan narkoba supaya tidak terkena pengaruh lebih lanjut. Pelaksanaan pencegahan dalam bentuk penyuluhan dengan teknik ceramah, sarasehan dan diskusi. Melalui bimbingan sosial dengan kunjungan ke rumah, diskusi kelompok dan konseling, pelayanan konseling baik perorangan atau keluarga yang bermasalah dengan narkoba.
3.      Pencegahan tertier, ditujukan bagi mereka bekas korban penyalahgunaan       narkoba. Tujuannya untuk mencegah jangan sampai para mantan korban narkoba kambuh atau relaps dan terjerumus kembali ke dalam penyalahgunaan narkoba. Kegiatan pencegahan dapat dilakukan dalam bentuk bimbingan sosial dan konseling terhadap mantan koban dan keluarganya, penciptaan lingkungan sosial dan pengawasan sosial yang menguntungkan mereka mencapai kesembuhan yang maksimal. Kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara pengembangan minat, bakat dan ketrampilan bekerja dan berusaha, membantu pelayanan penempatan kerja dan bantuan modal kerja / usaha.
4.      Pencegahan dengan Kegiatan alternatif dapat dilakukan melalui olah raga, kesenian, keagamaan, dan bakti sosial. Atau kegiatan yang melibatkan peran aktif masyarakat mulai dari tingkat Rukun Tetangga, Rukun warga, kelurahan, sampai kecamatan.
5.      Pencegahan berbasis masyarakat. Prinsip pencegahan ini adalah masyarakat mengetahui dan dapat mengatasi masalahnya, masyara­kat terpanggil untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dikem-bangkan oleh mereka sendiri melalui kerja sama dengan kelompok-kelompok lain.
Tujuan pencegahan berbasis masyarakat adalah meningkatkan keterlibatan dan peran masyarakat dalam kegiatan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Sedang pelaksanaannya dapat melalui penyuluhan dan pelatihan sebagai konselor, pembuatan selebaran dan kegiatan alternatif, dengan sasaran kegiatan di lingkungan remaja, pemuka masyarakat, orang tua atau keluarga dan organisasi sosial.
Kecenderungan anak menyalah-gunakan narkoba tidak dapat dilepaskan dari peran dan tanggung jawab orang tua. Sekalipun lingkungan seperti keluarga, sekolah dan teman sebaya mempunyai pengaruh yang besar bagi anak, tetapi apabila orang tua dapat melaksanakan peran dan tanggung jawabnya, maka pengaruh lingkungan tersebut dapat ditekan seminimal mungkin. Peran dan tanggung jawab orang tua dalam rangka penyalahgunaan narkoba pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut :
1.      Orang tua sebagai panutan. Orang tua perlu memberikan contoh kepada anaknya baik dalam lingkup rumah ataupun luar rumah, harus sesuai apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan. Sehingga anak tidak mengecap orang tua dengan istilah NATO, No Action Talk Only, atau istilah "jarkoni" (iso ujar ora iso nglakoni / bisa ngomong tidak bisa menjalani). Seperti apabila orang tua menghendaki anaknya tidak merokok, maka sebaiknya orang tua juga tidak merokok. Selain itu orang tua juga harus jujur dan mengakui kelemahannya kepada anak tanpa harus merasa takut kehilangan wibawa.
2.      Orang tua menjadi teman diskusi. Apapun yang disampaikan anak, baik berita baik atau buruk perlu didengarkan dengan baik. Anak perlu diajak berdialog secara lebih terbuka dan mendalam. Untuk itu diperlukan waktu yang tepat, dengan tetap menjaga kerahasiaan anak, memperhatikan segala ekspresi wajah dan tingkah laku serta emosi anak.
3.      Orang  tua  menjadi  tempat bertanya.
Orang tua perlu mengikuti perkembangan dan permasalahan anak, sehingga dapat memberikan penjelasan bila anak bertanya tentang berbagai permasalahan anak, termasuk masalah narkoba. Untuk itu orang tua perlu belajar dan membaca buku-buku tentang narkoba.
4.      Orang tua mampu membuat aturan secara konsisten, kontinyu dan konsekuen. Aturan yang dibuat orang tua harus dipertimbangkan dan disetujui bersama dengan semua anggota keluarga. Aturan yang telah ditetapkan oleh orang tua harus dilaksanakan oleh seluruh anggota keluarga, termasuk orang tua sendiri.
5.      Orang tua mampu mengembangkan tradisi keluarga dan nilai-nilai agama.
Tradisi keluarga yang baik dalam keluarga perlu tetap diteruskan bersama. Mengajarkan pekerjaan rumah bersama, rekreasi ber­sama, sholat atau ibadah yang lain, mengakui kesalahan dan meminta maaf baik dari anak kepada orang tua atau sebaliknya orang tua kepada anak, merupakan contoh yang perlu dijadikan kebiasaan.
6.      Orang tua perlu menggali potensi anak untuk dikembangkan melalui berbagai macam kegiatan. Pengembangan potensi anak dapat menumbuhkan prestasi bagi anak, sehingga menumbuh­kan rasa percaya diri, harga diri yang positif dan akhirnya anak memiliki jati diri yang stabil.
7.      Orang tua berperan sebagai pembimbing bagi anak.
Peran sebagai pembimbing anak terutama dalam membantu anak mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dan mengembangkan al­ternative penyelesaian masalah, termasuk dalam mengatasi tekanan dan pengaruh negative teman sebaya.
8.      Orang tua perlu mengontrol kegiatan anak.
Kontrol terhadap anak perlu dilakukan setiap kali anak akan keluar rumah. Orang tua perlu mengetahui kemana tujuan anak pergi, dengan siapa, kapan pulang, dan hal-hal lain yang perlu harus diketahui. Kontrol disini menunjukkan bahwa orang tua punya perhatian khusus kepada anak, dan tidak membiarkan anak bertindak semaunya sendiri. Disamping kontrol yang ketat, orang tua perlu melakukan komunikasi dan dialog dengan anak dan menerima keberatan yang disampaikan anak.
9.      Orang tua perlu mengenal teman anak.
Bila anak membawa teman ke rumah, maka orang tua perlu sekali-kali bergabung dengan mereka. Lakukan komunikasi dengan mereka untuk mengetahui dimanatinggalnya, dengan siapa, bagaimana kabar orang tuanya, kegiatan apa yang dilakukan jika ada waktu luang di luar sekolah dan hal lain yang berhubungan dengan kehidupan mereka. Dengan kebiasaan ini akan membuat anak maupun teman temannya menjadi akrab dengan orang tua dan bisa menganggap orang tua sebagai bagian dari kelompok mereka.Sebaiknya orang tua mengetahui nomer handpone mereka atau rumah mereka.
10.  Orang tua perlu menumbuhkan kesadaran anak akan bahaya penyalah gunaan narkoba yang tidak sesuai dengan nilai norma, agama dan aturan-aturan hukum yang brelaku di masyarakat. Sampaikan juga akibat penyalah-gunaan narkoa yang mengakibat-kan terjadinya putus sekolah, tidak bisa bekerja dengan baik, terlibat tindak kekerasan dan mengganggu ketertiban umum, menimbulkan berbagai macam penyakit seperti hepatitis dan HIV/AIDS, kurang diharagai orang, kurang dipercaya orang, dikucilkan dari lingkungan,   merusak   masa depannya dan akhirnya tidak bisa menjadi manusia mandiri.
11.  Orang tua perlu melibatkan anak untuk mewujudkan  cita-cita keluarga.
Sejak anak masih kecil agar dibiasakan untuk terlibat dalam mewujudkan keutuhan dan keharmonisan keluarga, misalnya dengan melakukan makan bersama, ibadah bersama dan diskusi masalah keluarga.Anak perlu terlibat dalam mewujudkan cita-cita keluarga dengan membiasakan hidup hemat, menabung dan tidak berlebihan. Anak perlu diajak untuk menangkal godaan-godaan negatif yang datang dari lingkungan sekolah, rumah atau tempat bergaulnya.
12.  Orang tua perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pelatihan dan penyuluhan tentang narkoba, mempelajari pengenalan dini gejala atau tanda pengguna narkoba, sehingga dengan pe­ngetahuan yang cukup orang tua dapat segera mengetahui seseorang anak telah mengenal atau mencoba nakoba. Pengetahuan dan ketrampilan lain yang perlu dipelajari adalah pemahaman tentang anak dan remaja, komunikasi efektif, pengetahuan dasar narkoba, identifikasi dan gejala narkoba, daftar lembaga atau perorangan yang dapat membantu keluarga mengatasi penyalahgunaan narkoba, kelompok relawan narkoba, aspek hukum yang berkaitan dengan narkoba, peran orang tua dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba, pengembangan program pendidikan tentang narkoba di rumah, sekolah dan masyarakat.
Untuk itu orang tua harus mengetahui bagaimana tips yang bisa diberikan dan diajarkan kepada anak, bagaimana caranya agar anak terhindar dari tawaran teman-teman atau orang lain untuk menggunakan narkoba. Karena pada umumnya seseorang mengenal dan menggunakan narkoba berawal dari tawaran teman dekatnya, sehingga anak sulit menolak ajakan teman dekat, apalagi kalau pacarnya sendiri yang menawarkan. Berikut ini tips yang bisa diajarkan kepada anak agar dapat menolak ajakan menggunakan narkoba :
1.      Ajarkan anak untuk siap mental bila menolak tawaran temannya menggunakan narkoba. Kadang-kadang mereka akan menjuluki anak yang menolak tawaran narkoba dengan istilah banci, ayam sayur,  lembek,  nggak macho, nggak gaul, norak dan Iain-lain. Abaikan saja bila tetap ada yang mengejek dan tetaplah pada pendirian.
2.      Berkata tidak bila ada yang menawarkan
3.      Berikan alasan yang tegas dan tepat misalnya "saya ada tugas dari sekolah", "sudahlah saya sudah tahu kok", "maaf saya tidak tertarik", "untuk yang satu ini ... sori saya nggak bisa",
4.      Mengalihkan topik pembicaraan.
5.      Tawarkan teman untuk mengerjakan kegiatan lain seperti nonton, olah raga, diskusi, main musik dan lainnya.
6.      Bersikap tenang dan cepat meninggalkan teman yang membujuk menggunakan narkoba.
Katakan alasan, misalnya "ada urusan lain", "maaf saya ditunggu bapak/ibu", "maaf ngantuk sekali dan kepala saya pusing".
7.      Hindari dari kelompok teman pengguna.
Setelah orang tua mengetahui perannya dalam rangka melindungi anak dari penyalahgunaan narkoba, mengajarkan tips kepada anak bagaimana menolak tawaran menggunakan narkoba, maka perlu juga diketahui bagaiman orang tua bisa mendeteksi dini jika anak sudah mulai menyalahgunakan narkoba. Berikut ini tanda-tanda yang merupakan indikasi anak mulai terlibat narkoba:
1.      Nilai sekolah menurun.
Pada setiap anak pemakai narko­ba hampir dapat dipastikan akan terganggu prestasi belajarnya. Ukuran yang mudah untuk melihat gangguan prestasi belajar adalah dengan mengamati nilai pelajaran yang didapat di sekolah. Waspadai jika nilai sekolah anak memperlihatkan kecenderungan menurun.
2.      Motivasi sekolah menurun Sekolah atau belajar bukan lagi menjadi tempat menarik bagi anak pengguna narkoba. Anak menjadi malas berangkat sekolah dan malas membuat pekerjaan rumah.
3.      Sering keluar kelas dan tidak kembali sekolah.
4.      Mengantuk di kelas.
Pada anak pengguna narkoba merasa bosan berada di kelas dan sering tidak konsentrasi dan malas memperhatikan guru.
5.      Sering dipanggil guru karena tidak disiplin.
Sangat sulit bagai pengguna narkoba untuk besikap disiplin. Mereka cenderung mengabaikan hal-hal yang menuntut perhatian dan konsentrasi.
6.      Sering membolos.
Hal ini menjadi kebiasaan bagi anak pengguna narkoba. Meski dari rumah sudah minta ijin berangkat ke sekolah, namun seringkali tidak sampai ke sekolah. Mereka berkumpul dengan sesama pemakai narkoba.
7.      Meninggalkan hobi yang biasa dilakukan.
Kegiatan hobi dan olahraga yang biasa dilakukan sudah mulai ditinggalkan. Mereka malas melakukan aktivitas yang memerlukan gerak dan perhatian serius, karena menurunnya konsentrasi.
8.      Mulai sering berkumpul dengan anak-anak yang tidak beres di sekolah.
Anak pemakai narkoba selalu berkeinginan untuk bisa bergaul dengan teman yang berperilaku serupa. Teman-teman yang berperilaku menyimpang merupakan teman yang sering diajak berkumpul.
9.      Semakin jarang ikut kegiatan keluarga.
Rumah dan semua kegiatan keluarga tidak lagi menarik minat pemakai narkoba. Mereka akan berupaya menghindari lingkungan keluarga.
10.  Mengeluh karena menganggap orang tua tidak memberikan kebebasan.
Pemakai narkoba pada dasarnya tidak bisa diajak disiplin. Mereka beranggapan orang-orang di rumah terlalu menegakkan disiplin dan mengekang segala kemauannya.
11.  Sering meminjam uang kepada teman.
Banyaknya kebutuhan uang untuk membeli narkoba membuat mereka senantiasa kekurangan uang. Meminjam uang kepada teman menjadi salah satu kebiasaan mereka.
12.  Sering pergi hingga malam atau menginap di rumah teman.
Para pemakai narkoba tidak lagi kerasan dan cocok terhadap lingkungan rumah, mereka lebih suka tinggal bersama teman senasib.
13.  Berubahnya gaya pakaian dan gaya musik yang disukainya.
14.  Tidak peduli pada kebersihan dirinya.
Pemakai narkoba biasanya malas untuk mandi dan takut air, tidak mengabaikan kebersihan dirinya lagi.
15.  Menunjukkan sikap tidak peduli.
16.  Teman lama ditinggalkannya, biasanya para pemakai narkoba mencari teman-teman baru yang sepaham dengannya. Teman lama yang tidak mau menggunakan biasanya mulai ditinggalkan.
17.  Bila ditanya, sikapnya defensif atau penuh kebencian.
Para pemakai narkoba biasanya bersikap tidak menyenangkan dan penuh kebencian bila ditanya oleh seseorang. Selalu curiga kepada orang lain.
18.  Mudah tersinggung di sekolah. Para pemakai narkoba biasanya emosional       dan mudah tersinggung.
Apabila orang tua menjumpai beberapa indikasi anak sudah mulai terlibat narkoba, maka perlu dilakukan tes narkoba terhadap urin anak. Tes narkoba bisa dilakukan di laboratorium klinik atau klinik praktek dokter, atau rumah sakit. Apabila dari hasil tes urin menunjukkan positif, yang berarti anak tersebut kemungkinan pernah atau telah menggunakan narkoba. Hasil urin yang positif terhadap narkoba perlu dilakukan tes konfirmasi untuk meyakinkan hasilnya karena ada beberapa obat yang juga menunjukkan hasil positif. Apabila dari tes konfirmasi hasilnya tetap positif yang berarti anak tersebut benar telah memakai narkoba, maka sikap orang tua adalah :
1.      Berusahalah tetap tenang, jangan panik, kendalikan emosi, marah, tersinggung atau rasa bersalah lainnya. Ucapkan terima kasih kepada orang yang memberi tahu.
2.      Jangan tunda masalah. Hadapi kenyataan dan adakan dialog terbuka dengan anak, kemukakan yang anda ketahui, jangan menuduh pada saat anak dalam pengaruh narkoba. Carilah waktu yang tepat untuk menanyakan kebenarannya   bahwa anak menggunakan narkoba.
3.      Dengarkan anak. Beri dorongan non verbal, jangan memberi ceramah atau nasehat. Jangan rendahkan harga diri anak, buat agar anak merasa aman dan nyaman berbicara dengan orang tua.
4.      Hargai kejujuran anak. Bila anak sudah mengakui menggunakan narkoba, jangan menampilkan reaksi marah. Orang tua perlu bersyukur bahwa anak mau bersikap jujur.
5.      Jujur terhadap diri sendiri. Beri contoh sikap jujur dan terbuka dengan mengakui kelemahan dan kesalahan orang tua, jangan merasa benar sendiri. Saling memaafkan untuk kesalahan sikap, kata-kata dan perbuatan dimasa lalu yang menyakitkan.
6.      Tingkatkan hubungan dalam keluarga. Selesaikan konflik yang ada dalam keluarga, rencanakan membuat kegiatan bersam-sama dengan keluarga.
7.      Cari pertolongan. Jika sulit mengendalikan emosi dan menghadapi masalah minta bantuan kepada pihak ketiga atau tenaga profesi, puskesmas, rehabilitasi dengan atau tanpa seizin anak.
8.      Pendekatan kepada orang tua teman anak pengguna narkoba. Kunjungi orang tua teman anak yang menggunakan narkoba ungkapan dengan hati-hati dan bijaksana apa yang anda ketahui, ajak kerjasama menghadapi masalah.
9.      Bawa anak ke Rumah sakit atau klinik yang bisa menangani dan mengobati korban penyalahgunaan narkoba untuk dilakukan detoksifikasi  dan  perawatan lanjutan, baik fisik, psikis dan sosial. Untuk di daerah Yogyakarta bisa dilakukan di Rumah sakit Ghrasia Pakem, Rumah Sakit Sarjito, Panti Rehabilitasi milik Dinas Sosial di Purwomartani, Pusat terapi berdasarkan keagamaan seperti di yayasan Al Islami Kali bawang , Pondok Pesantren Krapyak, Yayasan Berita Kitab Wahyu atau tempat lain / Rumah sakit   yang telah resmi sebagai tempat terapi.
Jangan malu atau merasa menjadi aib apabila ada keluarga kita yang menjadi korban narkoba. Mari kita selamatkan mereka...